Pemilihan Paus, Privasi Dan Media Super Cepat

Mengawali tugasnya di Minggu pertama, Paus Fransiskus mengadakan briefing dengan para Jurnalist yang bertugas di Vatikan. Seperti disiarkan CNN, Paus mengatakan kepada para awak media, “Gereja Menghargai Pekerjaan Anda.”
Setelah  dua hari mengadakan pemilihan Paus atau Konklaf, 115 Kardinal Gereja Katolik, akhirnya memilih Kardinal Argentina Jorge Jesuit Bergoglio, menjadi Paus ke 266, setelah pendahulunya Paus Benediktus ke XVI mengundurkan diri.
Proses pemilihan Paus berlangsung tertutup rapat di Kapel Sistine, walau sebelumnya diwarnai berbagai issu yang dikembangkan media massa, memberi kita pelajaran menarik mengenai peranan media dalam membangun tatanan kehidupan dan mengenai pentingnya menghormati privasi, kebebasan pribadi di era komunikasi Abad ini dan informasi super cepat, serba menyebar dan serba terbuka sekarang ini.
Pemilihan Paus asal Argentina keturunan Italia ini diumumkan lewat asap putih yang membumbung di atap Kapel Sistine, Vatikan. Asap putih menandakan adanya pemimpin Katolik baru, sebaliknya, asap hitam menandakan konklaf gagal menentukan pilihannya.
Radio Vatican menyiarkan bahwa asap putih yang mengepul keluar dari cerobong asap itu menunjukkan 115 Kardinal pemilih telah mencapai konsensus tentang kandidat di putaran kedua pemungutan suara pada Rabu sore.
Dengan liputan media, tidak  diragukan lagi, inilah Konklaf yang paling banyak menyedot perhatian juta an pasang mata warga dunia.
 Memang, Vatikan dikenal sebagai institusi/negara paling tua dan konsisten dalam penggunaan media komunikasi, terutama sejak dibentuknya organisasi “propaganda fide”.  Vatikan memiliki  surat kabar, radio, televisi. Bahkan Paus Benediktus mundur pada 28 Februari memiliki akun twitter dan memiliki folowers jutaan orang. Hingga kini, Vatikan juga dikenal piawai dalam penggunaan media dan terbuka terhadap liputan media massa umum. 
Sejak lowongnya tahta St Petrus, proses konklaf menjadi salah satu topik utama liputan media internasional, termasuk stasiun Televisi Aljazera yang bermarkas di Qatar dan yang paling banyak diakses warga Arab di Timur Tengah.
Konklaf ini berlangsung di era komunikasi dan informasi yang super cepat, serba terbuka,serba menyebar di mana media, baik cetak maupun elektronik, mampu mempengaruhi dan membangun opini publik.Informasi yang disiarkan media, lalu disantap dan diserbarkan oleh pengguna media sosial, seperti Facebook, Twitter, You Tube dll.  Hampir tidak ada lagi yang namanya rahasia di dunia zaman ini. Semua orang bisa tahu semua hal, bahkan ketika hal itu tidak begitu relevan bagi kehidupaan real sehari-hari. 
Dunia menyaksikan suatu proses demokrasi pada konklaf yang unik di tengah peradaban informasi-komunikasi­ yang serba cepat, serba tersebar dan terbuka.Ritual keagamaan khas Katolik ini pun seakan menjadi ritual yang mendunia.
Fenomena Konklaf ini menyadarkan kita peranan media Komunikasi yang demikian vital bagi peradaban. Menurut O’Shaughnessy dan Stadler (2008) media ‘memahami dunia bagi kita’ (hal.34). Para penulis mengidentifikasi tiga proses utama bahwa media melakukan: 
- Representasi – media merupakan sumber utama melalui mana kita menjadi sadar akan dunia;
 - Interpretasi – dalam interpretasi media  memberikan pemahaman tentang peristiwa yang terjadi;
- Evaluasi – media mengevaluasi, memberi penilaian terhadap berbagai issu yang berkembang, sehingga media  menawarkan kerangka evaluatif bagi kita (O’Shaughnessy dan Stadler, 2008).
Selain peran liputan Media yang massal,  menarik juga mencermati  mengapa konklaf berlangsung tanpa poster, tanpa kampanye para kandidat. Bahkan menjelang pemilihan, para Kardinal yang memiliki hak suara, cenderung tutup mulut untuk media. Sesuatu yang berbeda dari proses pemilihan yang umum kita saksikan, di mana para kandidat justru berlomba mempromosikan dirinya.
Kita juga melihat bahwa ternyata media massa masih tetap sangat menghormati dan menghargai privasi Gereja yang tercermin dalam penghormatan dan penghargaan terhadap privasi para Kardinal yang mengadakan konklaf di Kapel Sistin. 
Sejenak berbagai opini, analisis dan spekulasi yang dikembangkan media yang sarat dengan kepentingan dan agenda masing-masing berhenti dan menunggu tanda asap yang membubung dari atap kapel. 
Mengutip komentar pengamat, situs berita Tribun.com mengatakan “Konklaf  ini menyadarkan kita kembali bahwa dunia kita saat ini dengan segala kecanggihan yang dimilikinya juga perlu memberi kesempatan dan penghormatan kepada privasi, keleluasaan pribadi.”
Di Kapel Celestine, para kardinal dengan kebebasan dan keleluasaan pribadi memilih satu di antara mereka untuk menjadi Paus, yang akan menduduki tahta Suci Santo Petrus.
Bukan hanya para Kardinal yang memerlukan privasi, keleluasaan pribadi untuk dunia kita zaman sekarang.Setiap orang perlu mendapat kesempatan dan penghormatan atas privasinya.  Kebutuhan ini semakin relevan menyusul semakin rentannya keamanan privasi  kita sekarang ini.
 ”Habemus Papam!” teriak Kardinal Perancis, Jean-Louis Tauran, pada pukul 08.12 malam waktu Vatikan, Rabu (13/3).
Seruan yang berarti, “Kita memiliki Paus baru,” membuka perkenalan dunia dengan pemimpin Katolik terbaru, Jorge Mario Bergoglio atau yang kini dikenal Paus Fransiskus. Beliau akan memimpin 1,2 miliar umat Katolik sedunia, sekaligus menjadi Kepala Negara Vatikan yang memiliki perwakilan di PBB dan di hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Selamat!
Penulis
Stepanus W Bo’do
Dosen Komunikasi Fisip Untad
email: swilfrid2@yahoo.co.id

Baca Juga Tulisan Ini :



1 komentar:

Rangga Permana said...

sangat bermanfaat infonya... download opera
download idm
download mozilla
smadav terbaru
game android

Post a Comment

beloved visitors, terima kasih atas kunjungan Anda
tinggalkan pesan bila Anda berkenan

 
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by Pius Sujarno | Midified by Arek Palopo