BAGAIMANA SUPA YA DIDENGAR?

2 komentar


YOUR ATTENTION, PLEASE…
Bagaimana mendekati audiens masa kini, yang distracted, Disinterested, Disenganged, Disenchanted dan Sibuk?

Fakta-fakta yang kami pelajari:
1. Orang tak bakal menaruh perhatian pada informasi hanya karena (Interesting) menariknya. Anda harus lebih jauh: Exiting, Fun, Immediate, Compelling, Useful, and, di atas semuanya (Relevant) actual.
2. Komunikasi paling relevant adalah “segala sesuatu tentang saya”-informasi yang secara langsung berhubugan dengan kebutuhan dan keingian Audience. Di tengah kegulauan, audience akan berhenti dan memperhatikan bila seseorang berkata kepada mereka:
“Ini untuk Anda”
“Ini hal yang bisa Bantu Anda”
“Anda bisa (lebih ramping, kaya, bahagia). Inilah caranya”


3. Bagaimana pun lengkap, atau relevant secara personal, komunikasi Anda, audience tak bakal menaruh perhatian jika mereka harus bekerja keras untuk itu.

Apa yang kita butuhkan untuk lakukan secara berbeda untuk mendapatkan sebuah pesan di tengah audience yang sibuk dan distracted.

1. Komunikasi harus cepat dan segera memenuhi kebutuhan Audience. Apa yang Anda jua atau bagikan bukan tentang Anda –komunikasi personal, perusahan, dan produk: semua itu harus tentang mereka.
2. Audience Anda mengharapkan dengan cepat menemukan apa yang mereka butuh. Mereka tak ingin repot.
3. Anda tak perlu butuh waktu istimewah atau kesabaran. Ingat karakter Veruca Salt, dalam film Willie Wonka and the Chocolate Factory. Ingat ucapan: “I want it, and I want it now.” Saya mau ini dan saya mau sekarang!.Begitulah Audience Anda.
4. Mengutip TV Chef, Emeril Lagasse, “Now we need to kick it up a noth”. Komunikasi Anda harus lebih punch. More Compelling, More Vivit, dan yang palig penting, lebih singkat. Gunakan visualisasi seefektif mungkin. Atur semuanya secara logis dan intuitive.




Baca Selengkapnya.....

Bertandang ke RRI Palu, Radio Publik Milik Bangsa

0 komentar


Kuno Gini, milik loe juga bangsat!
Menerima kunjungan mahasiswa komunikasi yang sudah rutin, tak membuat Pak Minarjo, kepala Stasiun RRI Palu beserta stafnya berkurang antusiasme dan keramahannya. Dari berdiskusi dengan mahasiswa di Studio Multipurpose LPP RRI Palu, hingga menemani dari ruang-ruang produksi dan siaran, Pak Minaryo tetap dengan ramah melayani pertanyaan mahasiswa komunikasi Fisip Untad yang berkunjung ke RRI pada Rabu, (7/4) kemarin.
Ketika bertanya, "Siapa biasa mendengar berita RRI Palu?" Mahasiswa terdiam. Tahu situasinya, Kepala Stasiun RRI Palu, yang didampingi Bapak Hardi kepala Pemberitaan, dan Bapak Yunus Gori kepala Siaran cukup faham. Mereka di RRI harus bekerja lebih keras lagi menarik minat kaum muda, termasu kalangan mahasiswa yang ada di hadapan itu. "Orang memang katakan kami kuno, meski begitu fungsi informasi dan pendidikan dan hiburan, tetap dibutuhkan, karena itu RRI, tetap mengudara, sesuai semboyannya sekali di udara tetap di udara. "
Selanjutnya, Pak Minaryo yang berpuluh tahun sebagai jurnalis radio, termasuk kepala seksi di berbagai kota, dengan lancar berkisah sejarah, visi misi dan perkembangan terbaru RRI, sebagai lembaga publik yang setia menemani perjalanan bangsa ini bahkan sejak diproglamirkan, 17 Agustus 1945. RRI secara resmi baru berdiri 11 September 1945.
RRI sejak berdiri, telah memosisikan diri menjadi media perjuangan, namun selama masa orde baru telah berubah menjadi corong pemerintah. Sempat linglung di awal Reformasi gara-gara Deppen dibubarkan, RRI akhirnya kembali ke "titahnya" menjadi milik bangsa Indonesia, milik publik. Karena itu setelah sempat berubah menjadi Perusahan Jawatan kini RII menjadi Lembaga Penyiaran Puplik (LPP) berdasarkan UU Penyiaran 32 Tahun 2002.
Visi RII adalah Independen, Netral dan Profesional. Dalam pemberitaan prinsip berimbang, ceck and balance diutamakan. RRI mengabdi kepada bangsa bertangung jawab secara organisasi ke DPR dan President sebagai kepala Negara, taat kepada aturan hukum yang berlaku. RRI juga berfungsi sebagai social control. "Berita RRI memiliki standar jurnalistik jelas,mengutamakan fakta, berimbang, disusun mengikuti hukum 5W+1H dengan tetap memperhitungkan nilai-nilai kebenaran, agama dan budaya setempat." Jelas kepada seksi pemberitaan, Bapak Hardi.
RRI Palu
RRI Palu sudah menyelenggarakan siaran sejak 1978. Kini dikelolah oleh 300 personel kompeten, di antaranya 85 PNS dan 15 Tenaga Kontrak, bertugas di \di Stasiun Produksi di Tondo, dan Stasiun Siaran di Jalan Kartini, Palu.
Saat ini RRI Palu mengelola 3 programa:
1. Programa 1 dengan target audiense umum, anak-orang tua, on air sejak pukul 05.00-24.00 Wita dengan konten pendidikan, berita dan hiburan. Selain wilayah Sulteng siaran dapat dinikmati masyarakat di sepanjang pesisir barat Kalimantan, Sulawesi Barat dan Gorontalo. "Salah atu program kami yang banyak diminati adalah Pastela (Pasti Anda Suka Tembang Lama)," ujar Bapak Yunus Gori, kepala penyiaran.
2. Programa 2 dengan segmen kawula muda berisi informasi dan hiburan. Isi siaran musik-musik dibarengi informasi terbaru dari media internet. Di ruang siaran, dua layar komputer tampak di depan penyiara, satunya berisi lagu-lagu dan interaksi dengan pendengar via sms dan satu komputer yang online memantau berita-berita terbaru. Siaran dimuai sejak pukul 05.00-24.00 Wita.
3. Programa 3 dengan segmen umum, jaringan berita nasional 24 Jam di frekuensi 32.4 Mhz. "Siaran ini cocok bagi Anda yang tengah begadang mengerjakan tugas" ujar Bapak Minaryo.
Fungsi Sosial Kontrol
Fungsi kontrol menjadi salah satu pertanyaan mahasiswa dalam diskusi. Sejauh mana siaran RRI menjalanan fungsi kontrol. Atas pertanyaan ini, baik kepala stasiun maupun kepala pemberitaan mengatakan justru sekarang ini, berita-berita dari RRI Palu lebih banyak berfungsi kontrol sosial. Bapak Hardi mencontohnya bagaimana berita-berita seputar korupsi di KPU atau KNPI atau Tambang Poboya cukup diapresiasi radio RRI pusat.
Dalam hal agenda Pemilukada di beberapa daerah di Sulawesi Tengah, Kepala RRI Palu akan tetap menerapkan prinsip netral, objektif dan berimbang. "Kami memiliki pengalaman panjang dalam memberitakan agenda-agenda publik seperti ini."
KUNO TETAP AKTUAL
Berkunjung ke RRI jangan membayangkan kantor kuno, sebagaimana banyak orang mengira. Dari halaman depan suasana apik dan bersih. Lorong-lorong yang menghubungkan ruang-ruang utama tampak bersih. Vas bunga segar tamopak di beberapa sudut.
Alat-alat siaran pun tampaknya terpelihara baik. Di ruang redaksi, para pewarta yang berstandar nasional sibuk bekerja di depan komputer berprosesor cangih. Penampilan mereka tampak keren dengan kostom RRI biru-biru. Ruang siaran yang kedap suara sudah dilengkapi peralatan pendukung termasuk musik digital. Di depan meja siaran tersedia monitor komputer layar flat. Hanya mikropone dan mixer yang tampak tua namun terpelihara baik sekali. "Mike ini sangat peka menangkap suara," jelas Bapak Yunus.
Kiranya penting bagi mahasiswa komunikasi untuk merenungkan bahwa siaran-siaan pendidikan, informasi, hiburan, talkshow RRI Palu telah melalui proses kerja tim yang berisi orang-orang yang kompeten, menguasai teknik mengemas informasi, trampil mengoperasikan perangkat teknologi siaran. Mereka juga mencintai profesinya dan berkomitman menjaga kesatuan negara RI serta menjadi komunikator ulung untuk semua anak bangsa.
Madamba pura, dalam bahasa Kaili berarti bergembira bersama, tak hanya mejadi nama salah satu gedung RRI Palu, tetapi tampaknya menyemangati staf dan karyawan senantiasa riang gembira menemui pemirsanya di udara. Viva RRI, sekali di udara tetap di udara.
Stepanus Bo'do'
Dosen Ilmu Komunikasi, Fisip Palu



Baca Selengkapnya.....

Pemilihan Paus, Privasi Dan Media Super Cepat

1 komentar
Mengawali tugasnya di Minggu pertama, Paus Fransiskus mengadakan briefing dengan para Jurnalist yang bertugas di Vatikan. Seperti disiarkan CNN, Paus mengatakan kepada para awak media, “Gereja Menghargai Pekerjaan Anda.”
Setelah  dua hari mengadakan pemilihan Paus atau Konklaf, 115 Kardinal Gereja Katolik, akhirnya memilih Kardinal Argentina Jorge Jesuit Bergoglio, menjadi Paus ke 266, setelah pendahulunya Paus Benediktus ke XVI mengundurkan diri.
Proses pemilihan Paus berlangsung tertutup rapat di Kapel Sistine, walau sebelumnya diwarnai berbagai issu yang dikembangkan media massa, memberi kita pelajaran menarik mengenai peranan media dalam membangun tatanan kehidupan dan mengenai pentingnya menghormati privasi, kebebasan pribadi di era komunikasi Abad ini dan informasi super cepat, serba menyebar dan serba terbuka sekarang ini.
Pemilihan Paus asal Argentina keturunan Italia ini diumumkan lewat asap putih yang membumbung di atap Kapel Sistine, Vatikan. Asap putih menandakan adanya pemimpin Katolik baru, sebaliknya, asap hitam menandakan konklaf gagal menentukan pilihannya.
Radio Vatican menyiarkan bahwa asap putih yang mengepul keluar dari cerobong asap itu menunjukkan 115 Kardinal pemilih telah mencapai konsensus tentang kandidat di putaran kedua pemungutan suara pada Rabu sore.
Dengan liputan media, tidak  diragukan lagi, inilah Konklaf yang paling banyak menyedot perhatian juta an pasang mata warga dunia.
 Memang, Vatikan dikenal sebagai institusi/negara paling tua dan konsisten dalam penggunaan media komunikasi, terutama sejak dibentuknya organisasi “propaganda fide”.  Vatikan memiliki  surat kabar, radio, televisi. Bahkan Paus Benediktus mundur pada 28 Februari memiliki akun twitter dan memiliki folowers jutaan orang. Hingga kini, Vatikan juga dikenal piawai dalam penggunaan media dan terbuka terhadap liputan media massa umum. 
Sejak lowongnya tahta St Petrus, proses konklaf menjadi salah satu topik utama liputan media internasional, termasuk stasiun Televisi Aljazera yang bermarkas di Qatar dan yang paling banyak diakses warga Arab di Timur Tengah.
Konklaf ini berlangsung di era komunikasi dan informasi yang super cepat, serba terbuka,serba menyebar di mana media, baik cetak maupun elektronik, mampu mempengaruhi dan membangun opini publik.Informasi yang disiarkan media, lalu disantap dan diserbarkan oleh pengguna media sosial, seperti Facebook, Twitter, You Tube dll.  Hampir tidak ada lagi yang namanya rahasia di dunia zaman ini. Semua orang bisa tahu semua hal, bahkan ketika hal itu tidak begitu relevan bagi kehidupaan real sehari-hari. 
Dunia menyaksikan suatu proses demokrasi pada konklaf yang unik di tengah peradaban informasi-komunikasi­ yang serba cepat, serba tersebar dan terbuka.Ritual keagamaan khas Katolik ini pun seakan menjadi ritual yang mendunia.
Fenomena Konklaf ini menyadarkan kita peranan media Komunikasi yang demikian vital bagi peradaban. Menurut O’Shaughnessy dan Stadler (2008) media ‘memahami dunia bagi kita’ (hal.34). Para penulis mengidentifikasi tiga proses utama bahwa media melakukan: 
- Representasi – media merupakan sumber utama melalui mana kita menjadi sadar akan dunia;
 - Interpretasi – dalam interpretasi media  memberikan pemahaman tentang peristiwa yang terjadi;
- Evaluasi – media mengevaluasi, memberi penilaian terhadap berbagai issu yang berkembang, sehingga media  menawarkan kerangka evaluatif bagi kita (O’Shaughnessy dan Stadler, 2008).
Selain peran liputan Media yang massal,  menarik juga mencermati  mengapa konklaf berlangsung tanpa poster, tanpa kampanye para kandidat. Bahkan menjelang pemilihan, para Kardinal yang memiliki hak suara, cenderung tutup mulut untuk media. Sesuatu yang berbeda dari proses pemilihan yang umum kita saksikan, di mana para kandidat justru berlomba mempromosikan dirinya.
Kita juga melihat bahwa ternyata media massa masih tetap sangat menghormati dan menghargai privasi Gereja yang tercermin dalam penghormatan dan penghargaan terhadap privasi para Kardinal yang mengadakan konklaf di Kapel Sistin. 
Sejenak berbagai opini, analisis dan spekulasi yang dikembangkan media yang sarat dengan kepentingan dan agenda masing-masing berhenti dan menunggu tanda asap yang membubung dari atap kapel. 
Mengutip komentar pengamat, situs berita Tribun.com mengatakan “Konklaf  ini menyadarkan kita kembali bahwa dunia kita saat ini dengan segala kecanggihan yang dimilikinya juga perlu memberi kesempatan dan penghormatan kepada privasi, keleluasaan pribadi.”
Di Kapel Celestine, para kardinal dengan kebebasan dan keleluasaan pribadi memilih satu di antara mereka untuk menjadi Paus, yang akan menduduki tahta Suci Santo Petrus.
Bukan hanya para Kardinal yang memerlukan privasi, keleluasaan pribadi untuk dunia kita zaman sekarang.Setiap orang perlu mendapat kesempatan dan penghormatan atas privasinya.  Kebutuhan ini semakin relevan menyusul semakin rentannya keamanan privasi  kita sekarang ini.
 ”Habemus Papam!” teriak Kardinal Perancis, Jean-Louis Tauran, pada pukul 08.12 malam waktu Vatikan, Rabu (13/3).
Seruan yang berarti, “Kita memiliki Paus baru,” membuka perkenalan dunia dengan pemimpin Katolik terbaru, Jorge Mario Bergoglio atau yang kini dikenal Paus Fransiskus. Beliau akan memimpin 1,2 miliar umat Katolik sedunia, sekaligus menjadi Kepala Negara Vatikan yang memiliki perwakilan di PBB dan di hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Selamat!
Penulis
Stepanus W Bo’do
Dosen Komunikasi Fisip Untad
email: swilfrid2@yahoo.co.id
Baca Selengkapnya.....
 
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by Pius Sujarno | Midified by Arek Palopo